Pengikut

Sabtu, 19 Januari 2019

Pengalaman ke Yogyakarta (tahun 2017)

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat datang di Augina Putri's blog. Kali ini aku akan menceritakan pengalamanku ke Yogyakarta pada tahun 2017 bulan Januari.

Suatu hari pada bulan Januari 2017, ibuku mendapatkan telepon, berita dari tanteku yang di Yogyakarta bahwa eyang Ju (adik kandung nenekku, tantenya ibuku) meninggal dunia. Ibuku langsung panik saat itu dan ingin segera menuju Yogyakarta. Pada saat itu, kakak-kakakku dan ayahku tak dapat pergi ke Yogyakarta karena ada urusan pekerjaan. Sehingga diputuskanlah aku yang menemani ibuku pergi ke Yogyakarta. Kakakku dengan cepat memesan tiket melalui online untukku dan ibuku. Tidak butuh waktu lama, aku sudah siap dengan ranselku yang berisi baju-baju yang diperlukan dan tas slempangku yang berisi perlengkapan selain baju. Lalu, aku dan ibuku diantar ke stasiun oleh ayahku.

Aku dan ibuku ke Yogyakarta menaiki kereta. Dari Bandung berangkat pagi, sampai di Yogyakarta sudah sore. Makan siangku dan ibuku di kereta, kami makan hoka-hoka bento (beli di stasiun), karena menu makanan di kereta sekarang tak menarik buat kami berdua. Saat sampai di Yogyakarta, kami dijemput oleh teman ibu dan ayahku sewaktu kami sekeluarga tinggal di Manado. Waktu aku di Manado, aku masih bayi, dari lahir hingga umurku 2 tahun aku tinggal di Manado. Komentar dari teman-teman ibuku adalah aku sudah besar, terakhir bertemu aku masih bayi. Setelah itu kami diantar langsung ke rumah duka, rumah almarhumah eyang Ju, di perumahan dosen UNY (karena almarhum eyang Amien, suami almarhumah eyang Ju, adalah dosen UNY).

Sekilas tentang eyang Ju, eyang Ju pernah tinggal bersama nenekku di Jakarta sewaktu masih muda. Lalu sewaktu keluargaku tinggal di Semarang, keluargaku sering mengunjungi eyang Ju di Yogyakarta karena dari Semarang ke Yogyakarta tidak terlalu jauh. Saat orangtuaku ada acara di Yogyakarta (biasanya sih acara ujian olahraga tenaga dalam di pantai Parangtritis atau pantai Parangkusumo), aku selalu dititipkan di rumah eyang Ju. Tidur dengan eyang Ju dan bercerita banyak hal. Begitu juga dengan eyang Ju kalau ke rumahku, selalu tidur denganku dan kami bercerita banyak hal sebelum tidur. Terakhir yang kuingat, eyang Ju sempat ke Bandung, lalu tidur denganku, bertanya tentang kuliahku, dan begitu aku jawab aku kuliah bahasa Arab di UPI, eyang Ju bilang bakatku turun dari eyang kakungku (kakekku), dan senang bahwa ada yang turun ke aku dari eyang Amien (sama-sama kuliah di kampus pendidikan). Waktu eyang Ju salah kirim sms ke aku, aku memberi tahu kalau sms eyang Ju ada di aku, lalu eyang Ju jadi menyampaikan banyak pesan untukku, mendoakanku agar segera lulus kuliahnya.

Sampai di sana, kami disambut oleh tante-tanteku yang merupakan anak dari almarhumah eyang Ju. Setelah berbelasungkawa dan mendengar kronologi meninggalnya eyang Ju, kami diantar oleh tanteku ke makam. Di makam, kami berdoa untuk eyang Ju.

Oh iya, saat di sana, kami juga bertemu dengan eyang Lilik (adik kandung nenekku yang bungsu), eyang Aman (suami eyang Lilik), dan tante Sari (anak eyang Lilik). Kami menginap di penginapan yang tak jauh dari rumah duka, di penginapan Campus inn. Campus inn ini sudah lengkap kamar tidurnya, ada ac dan kamar mandi di dalam, lemari untuk menyimpan baju, dan meja kecil untuk menaruh barang-barang lain. Untuk akses internet tersedia di dekat lobby hotel, untuk makannya bisa di rumah makan sebelah penginapan ini. Lalu untuk menginapnya juga harganya terjangkau. Campus inn ini sudah menjadi langganan para keluarga wisudawan dari kampus UNY maupun kampus UGM.

Keesokan harinya, aku dan ibuku ikut keluarga eyang Lilik untuk berjalan-jalan naik mobil. Karena waktu kami terbatas (penerbangan keluarga eyang Lilik ke Jakarta sore jam 3, dan penerbanganku dan ibuku sore jam 5), kami diantar oleh pak supirnya tante Devita (aku biasa memanggilnya tante Tita) menuju ke tempat wisata yang dekat dari tempat kami menginap. Kami menuju Tebing Breksi dan Keraton Ratu Boko. Setelah menempuh perjalanan yang penuh dengan jalan menanjak, akhirnya kami sampai di Tebing Breksi.

Menurut Wikipedia, Tebing Breksi merupakan tempat wisata yang berada di kawasan Kabupaten Sleman. Lokasinya berada di sebelah selatan Candi Prambanan, dan berdekatan dengan Candi Ijo serta Kompleks Keraton Boko. Lokasi Wisata Tebing Breksi Jogja berada di Sambirejo, Prambanan,  Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55572. (sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Tebing_Breksi ) . Kenapa disebut Tebing Breksi karena Tebing ini terbuat dari batu Breksi. Batu Breksi ini adalah batuan yang berasal dari aktivitas vulkanik gunung berapi. Menurut cerita yang kudengar dari tukang parkir di sana, pada awalnya Tebing Breksi ini digunakan masyarakat sekitar untuk lokasi penambangan batuan alam, lalu juga terdapat pemotongan batuan hasil penambangan untuk dijadikan bahan dekorasi bangunan (jadi dipahat gitu menjadi bentuk naga). Lalu lokasi penambangan ini ditutup oleh pemerintah karena ternyata Tebing Breksi ini merupakan batuan yang berasal dari aktivitas vulkanik gunung api purba Nglanggeran dan tidak boleh ada kegiatan penambangan lagi, maka dijadikanlah Tebing Breksi ini sebagai tempat wisata untuk berfoto. Menurut tukang parkir itu juga bahwa dulu tempat ini masih sepi sekali, namun sejak diresmikan sebagai tempat wisata, tempat ini langsung ramai.

Waktu aku berada di sana, kulihat juga ada orang yang sedang foto pre-wedding. Aku di sana tidak berfoto, karena cuaca sangat panas, jadi aku hanya memotret saja. Berikut foto-fotonya.

Ini foto ibuku bersama eyang Lilik

Setelah dari Tebing Breksi, kami melanjutkan perjalanan ke Keraton Ratu Boko atau Keraton Boko. Menurut Wikipedia, Situs Ratu Baka atau Candi Boko adalah situs purbakala yang merupakan kompleks sejumlah sisa bangunan yang berada kira-kira 3 km di sebelah selatan dari kompleks Candi Prambanan. (sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Situs_Ratu_Baka ). Menurut legenda, tempat ini merupakan istana raja Boko, raja Boko ini adalah ayah dari Roro Jonggrang yang ada dalam legenda Candi Prambanan (yang minta dibuatkan 1000 candi dalam semalam itu, loh).

Keraton Ratu Boko ini sangat luas, juga ada gapura, lorong, dan paseban (aula untuk menghadap raja). Menurut papan informasi yang kubaca sepanjang aku menaiki tangga, keraton ratu boko ini adalah istana raja Boko, juga sebagai benteng pertahanan pada masa itu. Berikut foto-foto saat di Keraton Ratu Boko.










Setelah puas berjalan-jalan di sana, kami diantar pak sopir kembali ke rumah almarhumah eyang Ju (karena sebelum pergi sudah checkout dari penginapan), beristirahat sejenak, beres-beres dan pulang dengan penerbangan masing-masing. Ini pertama kalinya aku naik pesawat lagi setelah terakhir naik pesawat sekitar tahun 2005. Jadilah ibuku memotretku saat di bandara.

Sekian postingan kali ini, sampai bertemu di postingan berikutnya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar