Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat datang di Augina Putri's Blog. Kali ini aku akan mereview buku yang berjudul "99 Tips Jitu Jadi Freelancer Sukses untuk Mahasiswa".
Awal mulanya, aku membeli paket 5 buku berharga 100.000 (berarti 1 buku harganya 20.000) dari akun online shop langgananku di Instagram, @writingprojects. Paket buku yang kubeli berisi 5 buku, yaitu Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat, 99 Tips Jitu Jadi Freelancer Sukses untuk Mahasiswa, What is success, Sejuta inspirasi untuk manusia, dan Small things that matter.
Buku 99 Tips Jitu Jadi Freelancer Sukses untuk Mahasiswa ini ditulis oleh Ery Yuni Wijianti dan Dewi Anggiani pada tahun 2015 dan diterbitkan oleh Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia (GRASINDO). Buku ini bergenre Self Improvement. Berikut fotonya:
Dalam buku ini mengupas tuntas tentang freelancer mulai dari hal positif dan negatif freelancer, pro dan kontra menjadi freelancer, berbagai macam bidang pekerjaan freelancer, tips promosi, membuat portofolio, tips menjadikan rumah/kamar sebagai tempat kerja yang nyaman, tips menjadi lebih produktif, berbagai situs online untuk freelancer dan situs untuk mendapatkan uang melalui internet, ada juga tentang kesehatan (problema freelancer seperti kurang istirahat, gangguan pencernaan, kecanduan kafein/kopi dan nikotin/rokok, sakit punggung, mata lelah, postur tubuh, dan solusinya dari itu semua), ada juga masalah keuangan yang dihadapi freelancer seperti gaya hidup tak terkendali, berhutang, tak bisa naikkan tarif, tabungan, dan dana darurat), masalah sosial seperti penyendiri, susah gaul, tak tahu berita, tak punya me time, dan solusinya, juga ada masalah psikologis seperti stress dan cara mengatasinya.
Hal yang menarik bagiku adalah ternyata selama ini aku selain sekolah dan kuliah, aku sudah memulai freelancer dari masa aku SMA, seperti reseller kaos, reseller binder, reseller pulsa, dan sekarang aku freelancer penerjemah, dan di dalam buku ini ada penjelasan tentang reseller dan penerjemah, juga tips-tipsnya dan ini membuatku senang sekali. Buku ini juga memuat ilustrasi yang berwarna dan jenis tulisan yang menarik perhatian.
Kekurangan buku ini menurutku ya banyak situs online namun penjelasan sedikit, dan situsnya berasal dari luar negeri.
Untuk kalian yang mahasiswa ataupun freelancer sepertiku, aku sangat merekomendasikan buku ini.
Sekian postingan kali ini. Sampai bertemu di postingan selanjutnya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Pengikut
Kamis, 28 Maret 2019
Selasa, 26 Maret 2019
Review Novel Teenlit Jurnal Jo 3: Episode Cinta
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat datang di Augina Putri's Blog. Kali ini aku akan mereview novel teenlit Jurnal Jo 3: Episode Cinta.
Novel teenlit Jurnal Jo 3: Episode Cinta ini merupakan lanjutan dan novel terakhir dari trilogi Jurnal Jo (yang pertama Jurnal Jo, yang kedua Jurnal Jo: Online). Novel ini ditulis oleh Ken Terate pada tahun 2014 dan diterbitkan oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Novel yang kupunya ini masih yang cover lama. Berikut fotonya:
Novel ini menceritakan saat di kelas Jo ada murid baru, artis dari Jakarta yang bernama Izzy. Izzy ini cakep, terkenal, lucu, dan membuat cewek-cewek tertarik padanya, termasuk Jo. Namun, Jo segera sadar bahwa dia sudah pacaran (backstreet) dengan Rajiv, teman laki-laki India nya. Lama-lama, Izzy ini mengesalkan karena jail luar biasa, satu per satu murid di kelas Jo menjadi korban kejahilan Izzy, termasuk Jo juga. Parahnya adalah Sally menyukai Izzy, sampai suatu ketika Sally juga menjadi korban kekesalan dan kejahilan Izzy, dan Sally malah menyalahkan dan mendiamkan Jo. Masalah muncul ketika Jo satu kelompok dengan Izzy dan Sally untuk Problem Based Learning Project. Selain itu, hubungan Jo dan Rajiv juga ga stabil karena Mama melarang Jo pacaran, perbedaan agama antara Jo dan Rajiv, juga Rajiv yang akan pergi ke Amerika untuk kuliah.
Yang lucu dan menarik dari novel ini adalah Jo tidak tahu pada awalnya kalau dia jatuh cinta dan bingung dengan status hubungannya dengan Rajiv, sehingga bertanya pada Sally dan Sally menyebutkan ciri-ciri jatuh cinta (tentunya dari majalah yang dia baca) yang ternyata semua ciri itu dialami oleh Jo.
Oh iya, ciri-ciri jatuh cinta yang dipaparkan dalam novel ini adalah ketika bertemu dengan seseorang lawan jenis itu, kamu akan merasakan deg-degan, badan tiba-tiba merasa panas atau dingin, giginya gemeletuk, kepala nyut-nyutan, perut terasa mual, otak macet (tak bisa berpikir). Saat membaca bagian ini, aku juga jadi ingat pernah merasakan muka merah dan deg-degan saat berpapasan/bertemu seseorang yang aku suka pas masih SMP (seusia Jo), lalu sampai temanku bilang "mukamu merah seperti kepiting rebus". Wkwkwk.
Di dalam novel ini juga ada penjelasan tentang bullying (penindasan) dengan berbagai macam jenis, mulai dari pakai kata-kata yang menyakitkan, ejekan, julukan tidak menyenangkan, psikologi, fisik, dan seterusnya. Korban bullying juga bisa mengalami trauma. Malah ada yang awalnya korban bullying menjadi pelaku bullying karena kesal akan masa lalunya, bisa juga karena di keluarga merasa tertekan, dll. Saat membaca bagian ini, aku teringat masa SMP dan SMA ku yang pernah menjadi korban bullying di kelas, entah apa sebabnya, tapi yang jelas aku bisa berprestasi dan membuat mereka yang pelaku bullying itu terdiam.
Novel ini cocok dibaca remaja, anak SMP atau SMA begitu. Gaya bahasanya gaul tapi tidak terlalu gaul, jadi enak dibaca dan mudah dipahami. Buat kalian yang suka genre school life, slice of life, dan teenlit, novel ini aku rekomendasikan.
Sekian postingan kali ini. Sampai bertemu di postingan selanjutnya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat datang di Augina Putri's Blog. Kali ini aku akan mereview novel teenlit Jurnal Jo 3: Episode Cinta.
Novel teenlit Jurnal Jo 3: Episode Cinta ini merupakan lanjutan dan novel terakhir dari trilogi Jurnal Jo (yang pertama Jurnal Jo, yang kedua Jurnal Jo: Online). Novel ini ditulis oleh Ken Terate pada tahun 2014 dan diterbitkan oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Novel yang kupunya ini masih yang cover lama. Berikut fotonya:
Novel ini menceritakan saat di kelas Jo ada murid baru, artis dari Jakarta yang bernama Izzy. Izzy ini cakep, terkenal, lucu, dan membuat cewek-cewek tertarik padanya, termasuk Jo. Namun, Jo segera sadar bahwa dia sudah pacaran (backstreet) dengan Rajiv, teman laki-laki India nya. Lama-lama, Izzy ini mengesalkan karena jail luar biasa, satu per satu murid di kelas Jo menjadi korban kejahilan Izzy, termasuk Jo juga. Parahnya adalah Sally menyukai Izzy, sampai suatu ketika Sally juga menjadi korban kekesalan dan kejahilan Izzy, dan Sally malah menyalahkan dan mendiamkan Jo. Masalah muncul ketika Jo satu kelompok dengan Izzy dan Sally untuk Problem Based Learning Project. Selain itu, hubungan Jo dan Rajiv juga ga stabil karena Mama melarang Jo pacaran, perbedaan agama antara Jo dan Rajiv, juga Rajiv yang akan pergi ke Amerika untuk kuliah.
Yang lucu dan menarik dari novel ini adalah Jo tidak tahu pada awalnya kalau dia jatuh cinta dan bingung dengan status hubungannya dengan Rajiv, sehingga bertanya pada Sally dan Sally menyebutkan ciri-ciri jatuh cinta (tentunya dari majalah yang dia baca) yang ternyata semua ciri itu dialami oleh Jo.
Oh iya, ciri-ciri jatuh cinta yang dipaparkan dalam novel ini adalah ketika bertemu dengan seseorang lawan jenis itu, kamu akan merasakan deg-degan, badan tiba-tiba merasa panas atau dingin, giginya gemeletuk, kepala nyut-nyutan, perut terasa mual, otak macet (tak bisa berpikir). Saat membaca bagian ini, aku juga jadi ingat pernah merasakan muka merah dan deg-degan saat berpapasan/bertemu seseorang yang aku suka pas masih SMP (seusia Jo), lalu sampai temanku bilang "mukamu merah seperti kepiting rebus". Wkwkwk.
Di dalam novel ini juga ada penjelasan tentang bullying (penindasan) dengan berbagai macam jenis, mulai dari pakai kata-kata yang menyakitkan, ejekan, julukan tidak menyenangkan, psikologi, fisik, dan seterusnya. Korban bullying juga bisa mengalami trauma. Malah ada yang awalnya korban bullying menjadi pelaku bullying karena kesal akan masa lalunya, bisa juga karena di keluarga merasa tertekan, dll. Saat membaca bagian ini, aku teringat masa SMP dan SMA ku yang pernah menjadi korban bullying di kelas, entah apa sebabnya, tapi yang jelas aku bisa berprestasi dan membuat mereka yang pelaku bullying itu terdiam.
Novel ini cocok dibaca remaja, anak SMP atau SMA begitu. Gaya bahasanya gaul tapi tidak terlalu gaul, jadi enak dibaca dan mudah dipahami. Buat kalian yang suka genre school life, slice of life, dan teenlit, novel ini aku rekomendasikan.
Sekian postingan kali ini. Sampai bertemu di postingan selanjutnya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Minggu, 24 Maret 2019
Review Novel Teenlit Jurnal Jo: Online (nomor 2)
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat datang di Augina Putri's Blog. Kali ini aku akan mereview novel teenlit yang berjudul Jurnal Jo: Online.
Kalau kalian masih ingat dengan review novelku tempo lalu yang berjudul Jurnal Jo, ya novel teenlit ini merupakan jilid 2 nya. Novel Jurnal Jo: Online ini sudah aku punya sejak lama dan aku juga lupa membelinya di mana.
Novel teenlit Jurnal Jo: Online yang kupunya ini masih yang edisi lama (belum berganti cover). Novel ini ditulis oleh Ken Terate pada tahun 2010, diterbitkan oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Novel ini bergenre teenlit (cerita remaja). Berikut fotonya:
Selamat datang di Augina Putri's Blog. Kali ini aku akan mereview novel teenlit yang berjudul Jurnal Jo: Online.
Kalau kalian masih ingat dengan review novelku tempo lalu yang berjudul Jurnal Jo, ya novel teenlit ini merupakan jilid 2 nya. Novel Jurnal Jo: Online ini sudah aku punya sejak lama dan aku juga lupa membelinya di mana.
Novel teenlit Jurnal Jo: Online yang kupunya ini masih yang edisi lama (belum berganti cover). Novel ini ditulis oleh Ken Terate pada tahun 2010, diterbitkan oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Novel ini bergenre teenlit (cerita remaja). Berikut fotonya:
Novel teenlit Jurnal Jo: Online (nomor 2) ini menceritakan masa semester baru di sekolah Jo Wilisgiri (masih kelas 7, tapi sudah bertambah semester). Kali ini mulai memasuki jaman di mana punya hp, mengakses Facebook di komputer atau hp, mengupdate status/menulis status di fb, main game, juga chatting. Saat teman-teman Jo satu persatu mempunyai hp, Jo tidak punya. Jo merasa ingin juga dan menceritakan hal itu pada Rajiv, teman laki-lakinya yang orang India, dan Rajiv juga meminjamkan hp miliknya serta raket bulutangkisnya agar Jo bisa berlatih di rumah. Saat Jo menceritakan hal itu kepada Sally, Sally berpikir bahwa mungkin Rajiv menyukai Jo. Di rumah Jo juga ada komputer, dia bergantian dengan Sophie, adiknya, untuk memakai komputer tersebut. Masalah datang ketika di sekolah diadakan program "Mari Peduli" dan setiap kelas harus mengadakan acara berbagi dan akan dinilai untuk tambahan nilai salah satu pelajaran di sekolah Jo, dan Nadine (ketua geng elite di kelas Jo yang menyebalkan) dan Jo menjadi ketua panitia dalam acara Chifalry, pesta amal untuk sebuah perpustakaan yang diadakan oleh kelas Jo. Jo juga menjadi panitia dalam acara Bedah Buku di Klub Sastra yang dia ikuti bersama Andre. Sally yang tiba-tiba berubah sikap sejak berkenalan dengan teman internetnya yang bernama Danny, hingga Sally menghilang di suatu hari.
Novel teenlit Jurnal Jo: Online ini mengingatkanku tentang masa-masa aku menggunakan YM (yahoo messenger) untuk chatting dengan teman, juga berhubungan dengan teman-teman lamaku di Semarang serta orang yang aku suka melalui Facebook. Aku juga jadi ingat masa-masaku menjadi anak alay, yang update status segala hal yang aku alami dan chatting menggunakan tulisan alay seperti "aku" menjadi "q", juga bermain game Facebook yang terkenal saat itu seperti Pet Society dan Farmville. Dalam novel ini juga terdapat tips untuk menggunakan internet dengan baik dan bedanya omongan dengan tulisan.
Novel teenlit Jurnal Jo: Online ini memang cocok untuk dibaca remaja. Tapi aku yang sudah lulus kuliah juga menikmatinya, sih. Gaya penulisan novel ini benar-benar bagus, bahasanya sesuai dengan remaja, gaul namun tidak terlalu gaul dan enak untuk dibaca, tidak terlalu baku. Jadi, buat kalian yang menggemari genre teenlit, slice of life, atau school life, aku rekomendasikan novel teenlit Jurnal Jo: Online ini.
Sekian postingan kali ini. Sampai bertemu di postingan selanjutnya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sabtu, 23 Maret 2019
Pengalamanku Magang di Jakarta (2018)
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat datang di Augina Putri's blog. Kali ini aku akan menceritakan pengalaman magangku di Jakarta pada tahun 2018.
Tidak lama setelah aku wisuda, aku melamar banyak pekerjaan. Nah suatu ketika, aku menemukan portal/website untuk mencari lowongan internship (magang) serta kerja dalam berbagai bidang di website studentjob. Saat aku sedang mencari lowongan yang sesuai dengan bidangku (jurusan bahasa Arab), aku menemukan lowongan magang di sebuah perusahaan di Jakarta. Aku melihat jobdesknya, benar-benar merasa senang dan sesuai dengan passionku (mengetik cepat dan menerjemah dalam bahasa Arab), saat melihat lokasinya, sangat dekat dengan rumah keluargaku yang di Jakarta. Tanpa berpikir panjang, aku segera melamar lowongan tersebut. Perusahaan yang aku lamar ini ternyata perusahaan Korea Selatan yang berbasis IT. Tentu saja menarik perhatianku karena aku sedang belajar bahasa Korea melalui drama korea serta acara tv korea yang kutonton dan aku memang tertarik pada bidang IT.
Tidak lama setelah aku melamar, aku mendapatkan email dari HRD kantornya tentang panggilan wawancara, maka aku berangkat ke Jakarta. Saat wawancara, aku siap lebih awal, dan untuk pertama kalinya, aku naik GOJEK yang motor (karena selama ini aku naik mobil dan trauma naik motor karena pernah jatuh saat dibonceng teman). Akhirnya aku berani. :). Untuk pertama kalinya juga aku naik ke lantai entah berapa belas naik lift (aku takut banget karena phobia ketinggian) dan aku diwawancara oleh HRD pusatnya grup perusahaan tersebut (perusahaan yang aku lamar anak perusahaannya grup tersebut). Lalu aku ke lantai 3, ke kantor yang aku lamar dan diwawancara lagi oleh HRD kantor yang aku lamar. Setelah wawancara, lusanya aku pulang ke Bandung. Beberapa minggu kemudian, aku mendapatkan email dari HRD kantornya bahwa aku diterima sebagai staff magang di sana selama 6 bulan dan ada tanggal untuk tekan kontrak. Karena aku berhalangan untuk tekan kontrak (saat itu aku berada di Surabaya), aku mengusulkan untuk tekan kontrak melalui email (surat kontrak dikirim ke emailku, lalu aku print, aku tanda tangan, aku scan, dan dikirim kembali ke HRD), alhamdulillah diperbolehkan.
Akhirnya pada tanggal 16 Januari 2018, aku benar-benar menjalankan tekan kontrak yang sebenarnya dan diberikan pengarahan untuk pekerjaanku oleh staff magang sebelumku, namanya kak Lina, yang ternyata kak Lina ini teman sekolah kakak tingkatku semasa kuliah, teh Afiyah. Keesokan harinya, aku mulai bekerja, tentunya sebelumnya aku diperkenalkan ke semua orang di kantor. HRDku ada Mbak Shufi dan Mbak Frisma, Bapak Manager kantorku orang Korea asli, Mr. Jae, bagian finance ada ibu Fia, bagian marketing ada mbak Rahmi dan mbak Inin, bagian desain grafis ada mas Andri, mas Rifki, dan mas Rikza, bagian developer ada mas Adji dan mas Happy, bagian programmer ada Iqbal, bagian admin ada mbak Nurul, bagian staff bahasa Jepang ada mbak Kris, bagian staff bahasa Mandarin ada Delima, bagian bahasa Korea ada Safira, dan bagian office boy ada mas Alim. Beberapa hari dan bulan kemudian, bertambah ada Rosa di bagian marketing, Daniel di bagian programmer, Tara yang menggantikan mbak Kris, Yulia yang menggantikan Delima, Linda yang membantu Safira di bahasa Korea, mbak Nia di bagian HRD, mas Musa di bagian pengembangan bisnis, dan mas Amar yang menggantikanku di bagian bahasa Arab (nanti di akhir ada fotonya). Aku dekat dengan Tara, Yulia, Linda, dan Mbak Nurul (admin). Oh iya, mbak Nurul ini kosannya tidak jauh dari rumahku, jadi kami sering jalan pulang bersama.
Oh iya, aku di rumah tidak sendiri, ada mas Huda (sepupu jauhku dari pihak ibu), dan beberapa anak kos di lantai 2 (rumahku kos-kosan). Aku juga berbelanja seminggu sekali di supermarket dekat kantorku, terkadang aku ke apartemen kakakku yang perempuan (kakakku kerja di Jakarta). Aku juga memasak sendiri untuk makan sehari-hari serta bekal ke kantor, kalau aku sedang tak ingin masak, aku membeli makanan di depan rumahku (di depan rumahku banyak yang berjualan makanan) atau GOFOOD (memesan makanan lewat aplikasi GOJEK).
Berikut foto-foto saat aku berada di Jakarta:
Selamat datang di Augina Putri's blog. Kali ini aku akan menceritakan pengalaman magangku di Jakarta pada tahun 2018.
Tidak lama setelah aku wisuda, aku melamar banyak pekerjaan. Nah suatu ketika, aku menemukan portal/website untuk mencari lowongan internship (magang) serta kerja dalam berbagai bidang di website studentjob. Saat aku sedang mencari lowongan yang sesuai dengan bidangku (jurusan bahasa Arab), aku menemukan lowongan magang di sebuah perusahaan di Jakarta. Aku melihat jobdesknya, benar-benar merasa senang dan sesuai dengan passionku (mengetik cepat dan menerjemah dalam bahasa Arab), saat melihat lokasinya, sangat dekat dengan rumah keluargaku yang di Jakarta. Tanpa berpikir panjang, aku segera melamar lowongan tersebut. Perusahaan yang aku lamar ini ternyata perusahaan Korea Selatan yang berbasis IT. Tentu saja menarik perhatianku karena aku sedang belajar bahasa Korea melalui drama korea serta acara tv korea yang kutonton dan aku memang tertarik pada bidang IT.
Tidak lama setelah aku melamar, aku mendapatkan email dari HRD kantornya tentang panggilan wawancara, maka aku berangkat ke Jakarta. Saat wawancara, aku siap lebih awal, dan untuk pertama kalinya, aku naik GOJEK yang motor (karena selama ini aku naik mobil dan trauma naik motor karena pernah jatuh saat dibonceng teman). Akhirnya aku berani. :). Untuk pertama kalinya juga aku naik ke lantai entah berapa belas naik lift (aku takut banget karena phobia ketinggian) dan aku diwawancara oleh HRD pusatnya grup perusahaan tersebut (perusahaan yang aku lamar anak perusahaannya grup tersebut). Lalu aku ke lantai 3, ke kantor yang aku lamar dan diwawancara lagi oleh HRD kantor yang aku lamar. Setelah wawancara, lusanya aku pulang ke Bandung. Beberapa minggu kemudian, aku mendapatkan email dari HRD kantornya bahwa aku diterima sebagai staff magang di sana selama 6 bulan dan ada tanggal untuk tekan kontrak. Karena aku berhalangan untuk tekan kontrak (saat itu aku berada di Surabaya), aku mengusulkan untuk tekan kontrak melalui email (surat kontrak dikirim ke emailku, lalu aku print, aku tanda tangan, aku scan, dan dikirim kembali ke HRD), alhamdulillah diperbolehkan.
Akhirnya pada tanggal 16 Januari 2018, aku benar-benar menjalankan tekan kontrak yang sebenarnya dan diberikan pengarahan untuk pekerjaanku oleh staff magang sebelumku, namanya kak Lina, yang ternyata kak Lina ini teman sekolah kakak tingkatku semasa kuliah, teh Afiyah. Keesokan harinya, aku mulai bekerja, tentunya sebelumnya aku diperkenalkan ke semua orang di kantor. HRDku ada Mbak Shufi dan Mbak Frisma, Bapak Manager kantorku orang Korea asli, Mr. Jae, bagian finance ada ibu Fia, bagian marketing ada mbak Rahmi dan mbak Inin, bagian desain grafis ada mas Andri, mas Rifki, dan mas Rikza, bagian developer ada mas Adji dan mas Happy, bagian programmer ada Iqbal, bagian admin ada mbak Nurul, bagian staff bahasa Jepang ada mbak Kris, bagian staff bahasa Mandarin ada Delima, bagian bahasa Korea ada Safira, dan bagian office boy ada mas Alim. Beberapa hari dan bulan kemudian, bertambah ada Rosa di bagian marketing, Daniel di bagian programmer, Tara yang menggantikan mbak Kris, Yulia yang menggantikan Delima, Linda yang membantu Safira di bahasa Korea, mbak Nia di bagian HRD, mas Musa di bagian pengembangan bisnis, dan mas Amar yang menggantikanku di bagian bahasa Arab (nanti di akhir ada fotonya). Aku dekat dengan Tara, Yulia, Linda, dan Mbak Nurul (admin). Oh iya, mbak Nurul ini kosannya tidak jauh dari rumahku, jadi kami sering jalan pulang bersama.
Oh iya, aku di rumah tidak sendiri, ada mas Huda (sepupu jauhku dari pihak ibu), dan beberapa anak kos di lantai 2 (rumahku kos-kosan). Aku juga berbelanja seminggu sekali di supermarket dekat kantorku, terkadang aku ke apartemen kakakku yang perempuan (kakakku kerja di Jakarta). Aku juga memasak sendiri untuk makan sehari-hari serta bekal ke kantor, kalau aku sedang tak ingin masak, aku membeli makanan di depan rumahku (di depan rumahku banyak yang berjualan makanan) atau GOFOOD (memesan makanan lewat aplikasi GOJEK).
Berikut foto-foto saat aku berada di Jakarta:
Ini foto makananku kalau di rumah
Ini komputer dan meja kerjaku
Ini kue cokelat pemberian Mr. Jae untuk semua yang sedang bekerja
Ini aku meet up dengan Syifa temanku sewaktu SD (meet up di Mall Kota Kasablanka)
Ini aku kalau sedang di kantor (difoto oleh Linda)
Ini waktu aku makan nasi goreng kimchi dan ayam mozarella di Ojju bersama kakakku saat weekend
Ini aku berenang bersama kakakku di kolam renang apartemen tempat kakakku tinggal (kalau aku menginap di tempat kakakku)
Ini waktu aku buka bersama keluarga besar ibuku (ini bersama bude-budeku dan pakdeku)
Waktu libur kerja, aku menghadiri pernikahan tanteku, Tante Andin
Ini waktu acara lamaran Tante Sari dan Om Novan
3 foto di atas waktu buka bersama keluarga besar ibuku
Waktu lebaran bersama keluarga besar ibuku
Waktu weekend, aku menonton film bersama kakakku di bioskop
Ini waktu pernikahan sepupuku, Mas Harun dan Mbak Uwi
Ini waktu aku meet up dengan Rule teman SMPku di Plaza Kalibata
Ini makan malam buatanku, makaroni pakai saus bechamel
Ini makanan buatanku, spaghetti dengan saus bechamel dan daging asap
Ini tumis buncis dan tempe, menu favoritku yang sering kubuat di rumah
Ini menu andalanku kalau aku bawa bekal ke kantor, sushi isi chicken katsu
Ini waktu buka bersama di kantor tempat aku magang
Saat pulang ke Bandung, aku menghadiri pernikahan teman kuliahku, Yunita
Aku juga foto bersama keluargaku saat di acara pernikahan sepupuku, Mas Akbar
Aku juga menghadiri pernikahan Teh Rara, pegawai perpustakaan SMAku, bersama Fanissa sahabatku semasa SMA
Aku meet up dengan dua sahabatku semasa SMA, Intan dan Fanissa
Lebaran bersama tetangga satu perumahanku di Bandung
Lebaran bersama keluarga besar ayahku
Foto bersama pak manager dan seluruh pegawai kantorku saat acara perpisahan HRDku, mbak Frisma
Foto bersama semua pegawai wanita di kantorku
Foto bersama mbak Frisma, HRD yang mewawancaraiku dan menerimaku menjadi staff magang
Foto bersama tim Typist(typist ini seperti bagian entry data, divisiku saat magang) dan para admin
Foto bersama Yulia, staff magang bahasa Mandarin, dan Linda, staff magang bahasa Korea (teman-teman dekatku di kantor)
Foto bersama Linda sambil nyoba tanda hatinya Korea. :D
Foto bersama Yulia
Komputer dan meja kerjaku
Ulangtahun Mas Rifki, ibu Fia, mas Happy, mbak Nurul, Safira
Foto bersama untuk terakhir kalinya (perpisahanku bersama Linda dengan kantor ini).
Sungguh pengalaman yang tak terlupakan bagiku karena pengalaman ini adalah pengalaman pertamaku bekerja di kantor. Aku sangat menikmati setiap momen yang terjadi di sana. Sungguh banyak ilmu yang tak kudapatkan dari tempatku kuliah dulu. Aku akan selalu merindukan masa-masa ketika aku menimba ilmu dan memperoleh pengalaman di kantor ini. Terimakasih untuk semuanya. Neomu kamsahamnida dan neomu saranghamnida/saranghaeyo.
Sekian postingan kali ini. Sampai bertemu di postingan selanjutnya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Rabu, 20 Maret 2019
Review Novel Teenlit Jurnal Jo (nomor 1)
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat datang di Augina Putri's Blog. Kali ini aku akan mereview novel teenlit yang berjudul Jurnal Jo.
Novel teenlit Jurnal Jo ini aku beli sewaktu ada diskon besar-besaran (nama acaranya JBS 2019) di toko buku langgananku, Toko Buku Diskon Togamas Supratman. Aku pergi ke acara tersebut bersama sahabatku sejak SMP, Atika. Novel teenlit Jurnal Jo ini ada 3 nomor, yang aku beli ini adalah yang nomor 1, karena aku sudah punya sebelumnya yang nomor 2 dan nomor 3.
Waktu aku masih SMP atau SMA, aku melihat novel teenlit Jurnal Jo ini di Zoe Library. Aku meminjamnya dan membacanya sampai selesai. Namun, rasanya kalau pinjam, kurang puas, aku ingin beli sendiri dan memilikinya. Oh iya, waktu itu, novel ini covernya warna hijau. Novel teenlit Jurnal Jo ini ditulis oleh Ken Terate pada tahun 2008 dan diterbitkan oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Nah, yang kupunya sekarang ini adalah cetakan terbarunya, cetakan keempat tahun 2019. Novel ini bergenre teenlit (cerita remaja). Berikut fotonya:
Selamat datang di Augina Putri's Blog. Kali ini aku akan mereview novel teenlit yang berjudul Jurnal Jo.
Novel teenlit Jurnal Jo ini aku beli sewaktu ada diskon besar-besaran (nama acaranya JBS 2019) di toko buku langgananku, Toko Buku Diskon Togamas Supratman. Aku pergi ke acara tersebut bersama sahabatku sejak SMP, Atika. Novel teenlit Jurnal Jo ini ada 3 nomor, yang aku beli ini adalah yang nomor 1, karena aku sudah punya sebelumnya yang nomor 2 dan nomor 3.
Waktu aku masih SMP atau SMA, aku melihat novel teenlit Jurnal Jo ini di Zoe Library. Aku meminjamnya dan membacanya sampai selesai. Namun, rasanya kalau pinjam, kurang puas, aku ingin beli sendiri dan memilikinya. Oh iya, waktu itu, novel ini covernya warna hijau. Novel teenlit Jurnal Jo ini ditulis oleh Ken Terate pada tahun 2008 dan diterbitkan oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Nah, yang kupunya sekarang ini adalah cetakan terbarunya, cetakan keempat tahun 2019. Novel ini bergenre teenlit (cerita remaja). Berikut fotonya:
Cover bukunya berubah karena ini cetakan baru, lebih lucu gambarnya. :)
Novel teenlit Jurnal Jo yang nomor 1 ini menceritakan tentang seorang anak perempuan kelas 7 (baru masuk SMP) yang bernama Josephine Wilisgiri, panggilannya Jo. Jo mempunyai ibu seorang guru bahasa Inggris di sebuah SMA, ayah seorang guru bahasa Jawa di sekolah yang sama dengan Jo, adik perempuan yang bernama Sophie, dan adik laki-laki yang bernama Kevin. Jo mempunyai teman perempuan sejak kecil (karena bertetangga) bernama Sally, dan juga teman laki-laki orang India (tetangga) bernama Rajiv yang dikenalnya dari Karang Taruna. Novel ini lebih menceritakan atau memfokuskan pada kehidupan remaja SMP, di mana mulai pubertas. Bagi anak kelas 7 SMP (baru masuk SMP) mulai menandakan beberapa hal penting yang menurut mereka keren dan harus dilakukan saat jadi remaja, seperti berikut:
1. Memakai celana panjang.
2. Punya nama panggilan yang keren.
3. Punya baju dan aksesori yang keren (gelang sih biasanya)
4. Mulai memakai pakaian dalam sesuai pertumbuhan tubuh
5. Punya geng
6. Punya pacar.
Masalah yang dihadapi oleh Jo ini ketika Sally meninggalkannya (punya geng, dan ikut bergaul dengan teman-teman kaya), Jo juga suka pada ketua klub Sastra di sekolahnya yang bernama Andre, mereka pacaran namun ternyata Jo dikhianati Andre karena Andre juga berpacaran dengan salah satu teman geng Sally yang bernama Mei, dan Jo yang ditunjuk menjadi panitia untuk acara Pekan Bahasa yang diadakan oleh klub Sastra sekolahnya yang dia ikuti. Di klub Sastra, Jo juga mendapatkan tugas untuk rajin mengedit blog milik klub Sastra, dan dia juga jadi punya blog sendiri yang bernama Jurnal Jo.
Novel ini mengingatkanku kepada kenangan-kenangan yang aku alami dulu ketika kelas 7 SMP, di mana aku juga punya pacar namun bernasib sama seperti Jo. *eh curcol. Lalu ingat juga aku punya panggilan "Donna" seperti nama artis tapi ini asli dari nama tengahku, dan aku mengikuti ekstrakurikuler KIR dan Jurnalistik , yang aku tidak menikmati membuat karya tulis ilmiah namun aku menikmati membuat review film yang kutonton serta review buku yang kubaca.
Novel teenlit Jurnal Jo ini memang cocok untuk dibaca remaja. Tapi aku yang sudah kuliah juga menikmatinya, sih. Gaya penulisan dalam novel ini benar-benar bagus, bahasanya sesuai dengan remaja, gaul namun tidak terlalu gaul dan enak untuk dibaca, tidak terlalu baku. Jadi, buat kalian yang menggemari genre teenlit, slice of life, atau school life, aku rekomendasikan novel teenlit Jurnal Jo ini.
Sekian postingan kali ini. Sampai bertemu di postingan selanjutnya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sabtu, 16 Maret 2019
Review Novel Anak The Suitcase Kid
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat datang di Augina Putri's Blog. Kali ini aku akan mereview novel anak yang berjudul The Suitcase Kid.
Waktu aku masih SD, aku suka ke perpustakaan sekolah. Membaca banyak buku cerita anak/novel anak. Waktu aku SMP, aku diajak kakakku ke perpustakaan dan persewaan buku yang tidak jauh dari rumahku, namanya Zoe Library. Di sana, aku menemukan buku novel anak yang menarik perhatianku, berjudul The Suitcase Kid. Yang membuatku tertarik adalah desain cover bukunya yang berwarna pink, dan ilustrasinya sangat menggambarkan anak-anak. Kubaca sinopsisnya juga menarik, bahasanya mudah dipahami. Lalu aku meminjamnya. Namun, aku tak membaca sampai selesai waktu itu karena aku juga punya tugas sekolah yang banyak. Sehingga aku masih penasaran dengan ceritanya. Waktu aku SMA, sekolahku tak jauh dari Zoe Library, sehingga aku suka ke sana, namun buku novel The Suitcase Kid itu tak kutemukan, aku sedih.
Beberapa tahun berlalu, aku sudah lulus kuliah. Aku mengisi kegiatanku dengan mengedit blog milikku yang lama tak kusentuh. Aku mulai menulis blog tentang kehidupanku dan perjalananku. Lalu aku suka melihat Youtube. Suatu hari aku mencari inspirasi untuk menulis di blog ku, aku membuka Youtube dan menemukan booktuber (youtuber khusus buku) yang bernama kak Aya Sophia. Aku menonton channel kak Aya saat mereview buku milik Marie Kondo yang berjudul "the life-changing magic of tidying up" . Kak Aya mereview buku itu dengan sangat bagus, lalu kupikirkan juga untuk mereview novel dan buku yang kupunya di rumah. Hingga suatu ketika, karena aku jarang ke toko buku karena sibuk, aku menemukan kak Aya sedang menceritakan pengalamannya membeli buku secara online lewat instagram di @kubukabuku_id. Akun instagram yang kak Aya review itu merupakan toko buku online yang menjual buku-buku langka (dan juga second) dengan harga yang terjangkau. Lalu aku juga memfollow akun @kubukabuku_id dan melihat-lihat ada buku apa yang tersedia. Aku menemukan buku The Suitcase Kid yang kucari-cari. Tanpa pikir panjang, langsung kuchat adminnya, bertanya apakah buku itu masih ada. Saat adminnya bilang masih ada, aku langsung membelinya. Beberapa hari kemudian, datanglah paket berisi buku yang kubeli. Berikut foto-fotonya:
Selamat datang di Augina Putri's Blog. Kali ini aku akan mereview novel anak yang berjudul The Suitcase Kid.
Waktu aku masih SD, aku suka ke perpustakaan sekolah. Membaca banyak buku cerita anak/novel anak. Waktu aku SMP, aku diajak kakakku ke perpustakaan dan persewaan buku yang tidak jauh dari rumahku, namanya Zoe Library. Di sana, aku menemukan buku novel anak yang menarik perhatianku, berjudul The Suitcase Kid. Yang membuatku tertarik adalah desain cover bukunya yang berwarna pink, dan ilustrasinya sangat menggambarkan anak-anak. Kubaca sinopsisnya juga menarik, bahasanya mudah dipahami. Lalu aku meminjamnya. Namun, aku tak membaca sampai selesai waktu itu karena aku juga punya tugas sekolah yang banyak. Sehingga aku masih penasaran dengan ceritanya. Waktu aku SMA, sekolahku tak jauh dari Zoe Library, sehingga aku suka ke sana, namun buku novel The Suitcase Kid itu tak kutemukan, aku sedih.
Beberapa tahun berlalu, aku sudah lulus kuliah. Aku mengisi kegiatanku dengan mengedit blog milikku yang lama tak kusentuh. Aku mulai menulis blog tentang kehidupanku dan perjalananku. Lalu aku suka melihat Youtube. Suatu hari aku mencari inspirasi untuk menulis di blog ku, aku membuka Youtube dan menemukan booktuber (youtuber khusus buku) yang bernama kak Aya Sophia. Aku menonton channel kak Aya saat mereview buku milik Marie Kondo yang berjudul "the life-changing magic of tidying up" . Kak Aya mereview buku itu dengan sangat bagus, lalu kupikirkan juga untuk mereview novel dan buku yang kupunya di rumah. Hingga suatu ketika, karena aku jarang ke toko buku karena sibuk, aku menemukan kak Aya sedang menceritakan pengalamannya membeli buku secara online lewat instagram di @kubukabuku_id. Akun instagram yang kak Aya review itu merupakan toko buku online yang menjual buku-buku langka (dan juga second) dengan harga yang terjangkau. Lalu aku juga memfollow akun @kubukabuku_id dan melihat-lihat ada buku apa yang tersedia. Aku menemukan buku The Suitcase Kid yang kucari-cari. Tanpa pikir panjang, langsung kuchat adminnya, bertanya apakah buku itu masih ada. Saat adminnya bilang masih ada, aku langsung membelinya. Beberapa hari kemudian, datanglah paket berisi buku yang kubeli. Berikut foto-fotonya:
Packingnya super rapi, di bungkusnya ada quote (kata mutiara) juga
Bungkusnya lucu sekali. :)
Ini dia bukunya, novel The Suitcase Kid, beserta bonus pembatas buku dan surat super romantis dari @kubukabuku_id
Novel anak berjudul The Suitcase Kid ini ditulis oleh Jacqueline Wilson, diterbitkan di Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2003 (ini versi terjemahan bahasa Indonesianya). Kalau yang versi aslinya (bahasa Inggris), ditulis pada tahun 1992 dengan ilustrasinya yang lucu ini dibuat oleh Nick Sharratt. Novel anak The Suitcase Kid ini menceritakan tentang seorang anak perempuan berumur sepuluh tahun yang bernama Andrea (panggilannya Andy) yang menjadi anak broken home (orangtuanya bercerai), sehingga dia harus tinggal seminggu bersama keluarga baru ibunya, dan seminggu berikutnya bersama keluarga baru ayahnya. Begitu seterusnya. Sedangkan Andy ini ingin tinggal bersama kedua orangtuanya di rumah mereka yang lama, Mulberry Cottage, namun itu tak mungkin. Dari keluarga ibunya yang baru, dia mendapatkan ayah tiri bernama Bill dan 3 saudara tiri bernama Paula, Graham, dan Katie. Dari keluarga ayahnya yang baru, dia mendapatkan ibu tiri bernama Carrie dan 2 saudara tiri bernama Zen dan Crystal, serta calon adik tirinya yang berada di perut ibu tirinya (di buku ini bagian akhir ada adik tirinya lahir bernama Zoe). Andy sangat sedih dengan perceraian orangtuanya, namun ada yang menguatkan dan menemani kesepian Andy, yaitu Radish, sebuah boneka kelinci yang dimilikinya sejak kecil. Lucunya di dalam buku ini, Radish seolah-olah hidup. Penulis menggunakan gaya bahasa yang membuat boneka kelinci ini seolah-olah hidup seperti manusia dan dianggap sebagai anggota keluarga Andy. Kelebihan dari novel ini adalah bahasanya mudah dipahami dan cocok bagi anak-anak, maupun orang dewasa yang menyukai cerita anak.
Sekian postingan kali ini. Sampai bertemu di postingan selanjutnya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Rabu, 13 Maret 2019
Review Novel Dilan 1991
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat datang di Augina Putri's Blog. Kali ini aku akan mereview novel dari Pidi Baiq yang berjudul Dilan 1991. Novel ini sudah difilmkan dan filmnya sedang ada di bioskop.
Novel berjudul Dilan 1991 ini ditulis oleh Pidi Baiq, seorang vokalis dari band The Panasdalam. Aku punya beberapa lagunya di laptopku, lagunya unik-unik dan menghibur, begitu juga dengan novel Dilan ini. Novel Dilan 1991 ini diterbitkan oleh Pastel Books, Anggota Ikapi, PT Mizan Pustaka. Novel Dilan 1991 ini merupakan lanjutan dari novel Dilan 1990. Kalau dalam novel Dilan 1990 menceritakan tentang Dilan, seorang anak SMA yang mengikuti geng motor, terkenal bandel di sekolah dan suka dengan anak perempuan pindahan dari Jakarta yang bernama Milea, dan mereka pdkt hingga jadian, dalam novel Dilan 1991 ini menceritakan masa-masa ketika Dilan dan Milea pacaran hingga mereka putus dan berpisah. Ada masa-masa di mana Dilan berkelahi, ada Kang Adi (tutor les Milea) yang patah hati, ada Yugo sepupu jauh Milea yang datang, dan ada Beni (mantan pacar Milea) yang datang ke Bandung, Dilan dan Milea putus hingga masing-masing sudah move on meskipun terkadang kenangan masih lekat dalam ingatan. Berikut fotonya:
Kalau menurutku pribadi, novel Dilan 1991 ini benar-benar memperlihatkan sisi kehidupan anak SMA, mencari jati diri, putus cinta, dan move on. Pelajaran yang dapat diambil dari novel ini adalah pacaran lama tidak menjamin akan berakhir di pelaminan, sehingga kalaupun pacaran, suka dan cinta sekedarnya, agar tak terjadi sesal dan susah move on kemudian. Kata-kata yang menarik dari penulisnya adalah "Tujuan pacaran adalah untuk putus. Bisa karena menikah, bisa karena berpisah." Dalam novel ini masih menyajikan kata-kata humoris yang khas dari Dilan. Menurutku yang sedih adalah saat Dilan dan Milea putus, juga saat ayah Dilan meninggal dunia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra. Oh iya, novel Dilan ini dari kisah nyata, tokohnya ada beneran. Kekurangannya ya mungkin kalau untuk orang dewasa (bapak-bapak, ibu-ibu, kakek-kakek, nenek-nenek) kurang cocok membaca novel ini. Cocok untuk anak SMA/Kuliah/Kerja.
Sekian postingan kali ini. Sampai bertemu di postingan selanjutnya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat datang di Augina Putri's Blog. Kali ini aku akan mereview novel dari Pidi Baiq yang berjudul Dilan 1991. Novel ini sudah difilmkan dan filmnya sedang ada di bioskop.
Novel berjudul Dilan 1991 ini ditulis oleh Pidi Baiq, seorang vokalis dari band The Panasdalam. Aku punya beberapa lagunya di laptopku, lagunya unik-unik dan menghibur, begitu juga dengan novel Dilan ini. Novel Dilan 1991 ini diterbitkan oleh Pastel Books, Anggota Ikapi, PT Mizan Pustaka. Novel Dilan 1991 ini merupakan lanjutan dari novel Dilan 1990. Kalau dalam novel Dilan 1990 menceritakan tentang Dilan, seorang anak SMA yang mengikuti geng motor, terkenal bandel di sekolah dan suka dengan anak perempuan pindahan dari Jakarta yang bernama Milea, dan mereka pdkt hingga jadian, dalam novel Dilan 1991 ini menceritakan masa-masa ketika Dilan dan Milea pacaran hingga mereka putus dan berpisah. Ada masa-masa di mana Dilan berkelahi, ada Kang Adi (tutor les Milea) yang patah hati, ada Yugo sepupu jauh Milea yang datang, dan ada Beni (mantan pacar Milea) yang datang ke Bandung, Dilan dan Milea putus hingga masing-masing sudah move on meskipun terkadang kenangan masih lekat dalam ingatan. Berikut fotonya:
Kalau menurutku pribadi, novel Dilan 1991 ini benar-benar memperlihatkan sisi kehidupan anak SMA, mencari jati diri, putus cinta, dan move on. Pelajaran yang dapat diambil dari novel ini adalah pacaran lama tidak menjamin akan berakhir di pelaminan, sehingga kalaupun pacaran, suka dan cinta sekedarnya, agar tak terjadi sesal dan susah move on kemudian. Kata-kata yang menarik dari penulisnya adalah "Tujuan pacaran adalah untuk putus. Bisa karena menikah, bisa karena berpisah." Dalam novel ini masih menyajikan kata-kata humoris yang khas dari Dilan. Menurutku yang sedih adalah saat Dilan dan Milea putus, juga saat ayah Dilan meninggal dunia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra. Oh iya, novel Dilan ini dari kisah nyata, tokohnya ada beneran. Kekurangannya ya mungkin kalau untuk orang dewasa (bapak-bapak, ibu-ibu, kakek-kakek, nenek-nenek) kurang cocok membaca novel ini. Cocok untuk anak SMA/Kuliah/Kerja.
Sekian postingan kali ini. Sampai bertemu di postingan selanjutnya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Senin, 11 Maret 2019
Review Buku Novel The Friend Zone
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat datang di Augina Putri's Blog. Kali ini aku akan mereview buku novel yang berjudul The Friend Zone.
Sebelum aku mereview buku, sebelumnya aku akan memaparkan tentang Friendzone. Menurut Pak Zein Permana , seorang dosen Psikologi di UPI dan Unjani, melalui Instagramnya (@zeinpermana) mengatakan bahwa "istilah friendzone di Indonesia berbeda dengan friendzone di Amerika." Lebih lanjut, beliau menjelaskan perbedaan friendzone di Indonesia dan di Amerika sebagai berikut:
- "di Indonesia, istilah friend-zone ini diartikan sama dengan fenomena "kaka-ade"an. Padahal sebetulnya beda apa itu fenomena kaka-adean? yaitu sepasang teman, tidak ada hubungan darah dan persaudaraan, namun terjebak dan mengunci diri dalam hubungan yang nanggung. Hubungan kaka-ade biasanya karena kedua belah pihak (cewe-cowo) merasakan keinginan untuk memiliki hubungan romantis dengan satu sama lain, akan tetapi masih merasa ragu apakah akan berjalan lancar, masih nyaman dengan pola relasi saat ini, dan ada rasa takut ditolak."
- "di Amerika, Friend-zone adalah situasi di mana salah satu dari kedua pihak mengharapkan hubungan yang lebih, sementara yang lain tidak."
Nah, setelah memahami tentang Friendzone, aku akan menceritakan awal mula aku membeli buku ini. Suatu hari aku harus kuliah di gedung FIP karena kelasku dipindah (aku kuliah bahasa Arab, biasanya kuliah bimbingan konseling di gedung FPBS, namun karena jadwal dipindah dan tak ada kelas, aku kuliah di gedung FIP). Setelah mengikuti mata kuliah bimbingan konseling dan akan kembali ke gedung FPBS, aku dan temanku Binti, melihat ada pameran buku dan banyak diskon. Maka aku dan Binti melihat-lihat. Mataku tertarik dengan novel berjudul The Friend Zone ini. Judulnya persis dengan hubungan yang sedang kualami dengan seseorang. Lalu aku membeli novel ini. Lucunya, Binti juga membeli novel ini. Berikut foto novelnya:
Novel The Friend Zone ini ditulis oleh Anjani Fitriana dan diterbitkan oleh Penerbit Bentang Belia (PT Bentang Pustaka) pada tahun 2012. Yang aku beli ini adalah cetakan ketiga tahun 2013. Novel ini mengisahkan tentang seorang perempuan yang bernama Jenar yang jatuh cinta dengan seorang teman laki-lakinya sejak SMP yang bernama Reynald. Reynald seorang playboy. Mereka dekat karena satu ekskul. Jenar suka dengan Reynald dan terjebak di Friend Zone ini sudah selama 5 tahun (setelah Jenar dan Reynald berbeda sekolah pas SMA, malah mereka bertambah dekat). Bahkan Jenar juga diajak ke acara keluarga Reynald. Muncul konflik seperti Jenar dekat dengan teman Reynald, Reynald ketahuan playboy dan akhirnya putus dari semua pacarnya, dan ada perempuan tak dikenal yang tiba-tiba datang ke teman Reynald. Yang membuat Jenar galau adalah Jenar sering diceritakan Reynald ke keluarga Reynald sebagai pacar Reynald, padahal saat itu mereka belum mulai pacaran. Bahkan konflik terhebat adalah teman Reynald yang dekat dengan Jenar membocorkan rahasia kalau Jenar suka sama Reynald sejak zaman SMA. Kelebihan dari novel ini adalah kata-katanya yang mudah dipahami dan alurnya yang berjalan secara natural sehingga pembaca novel ini akan mudah membayangkan setiap tulisan yang ada di novel ini. Kelemahan dari novel ini menurutku tidak ada karena bagiku sudah pas. Novel ini sudah kubaca ulang hingga 3 kali, selain karena novel ini bagus, aku juga masih mengalami hubungan yang sama dengan judul novel ini, dan tiap kali membaca novel ini selalu jleb.
Sekian postingan kali ini. Sampai bertemu di postingan selanjutnya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat datang di Augina Putri's Blog. Kali ini aku akan mereview buku novel yang berjudul The Friend Zone.
Sebelum aku mereview buku, sebelumnya aku akan memaparkan tentang Friendzone. Menurut Pak Zein Permana , seorang dosen Psikologi di UPI dan Unjani, melalui Instagramnya (@zeinpermana) mengatakan bahwa "istilah friendzone di Indonesia berbeda dengan friendzone di Amerika." Lebih lanjut, beliau menjelaskan perbedaan friendzone di Indonesia dan di Amerika sebagai berikut:
- "di Indonesia, istilah friend-zone ini diartikan sama dengan fenomena "kaka-ade"an. Padahal sebetulnya beda apa itu fenomena kaka-adean? yaitu sepasang teman, tidak ada hubungan darah dan persaudaraan, namun terjebak dan mengunci diri dalam hubungan yang nanggung. Hubungan kaka-ade biasanya karena kedua belah pihak (cewe-cowo) merasakan keinginan untuk memiliki hubungan romantis dengan satu sama lain, akan tetapi masih merasa ragu apakah akan berjalan lancar, masih nyaman dengan pola relasi saat ini, dan ada rasa takut ditolak."
- "di Amerika, Friend-zone adalah situasi di mana salah satu dari kedua pihak mengharapkan hubungan yang lebih, sementara yang lain tidak."
Nah, setelah memahami tentang Friendzone, aku akan menceritakan awal mula aku membeli buku ini. Suatu hari aku harus kuliah di gedung FIP karena kelasku dipindah (aku kuliah bahasa Arab, biasanya kuliah bimbingan konseling di gedung FPBS, namun karena jadwal dipindah dan tak ada kelas, aku kuliah di gedung FIP). Setelah mengikuti mata kuliah bimbingan konseling dan akan kembali ke gedung FPBS, aku dan temanku Binti, melihat ada pameran buku dan banyak diskon. Maka aku dan Binti melihat-lihat. Mataku tertarik dengan novel berjudul The Friend Zone ini. Judulnya persis dengan hubungan yang sedang kualami dengan seseorang. Lalu aku membeli novel ini. Lucunya, Binti juga membeli novel ini. Berikut foto novelnya:
Novel The Friend Zone ini ditulis oleh Anjani Fitriana dan diterbitkan oleh Penerbit Bentang Belia (PT Bentang Pustaka) pada tahun 2012. Yang aku beli ini adalah cetakan ketiga tahun 2013. Novel ini mengisahkan tentang seorang perempuan yang bernama Jenar yang jatuh cinta dengan seorang teman laki-lakinya sejak SMP yang bernama Reynald. Reynald seorang playboy. Mereka dekat karena satu ekskul. Jenar suka dengan Reynald dan terjebak di Friend Zone ini sudah selama 5 tahun (setelah Jenar dan Reynald berbeda sekolah pas SMA, malah mereka bertambah dekat). Bahkan Jenar juga diajak ke acara keluarga Reynald. Muncul konflik seperti Jenar dekat dengan teman Reynald, Reynald ketahuan playboy dan akhirnya putus dari semua pacarnya, dan ada perempuan tak dikenal yang tiba-tiba datang ke teman Reynald. Yang membuat Jenar galau adalah Jenar sering diceritakan Reynald ke keluarga Reynald sebagai pacar Reynald, padahal saat itu mereka belum mulai pacaran. Bahkan konflik terhebat adalah teman Reynald yang dekat dengan Jenar membocorkan rahasia kalau Jenar suka sama Reynald sejak zaman SMA. Kelebihan dari novel ini adalah kata-katanya yang mudah dipahami dan alurnya yang berjalan secara natural sehingga pembaca novel ini akan mudah membayangkan setiap tulisan yang ada di novel ini. Kelemahan dari novel ini menurutku tidak ada karena bagiku sudah pas. Novel ini sudah kubaca ulang hingga 3 kali, selain karena novel ini bagus, aku juga masih mengalami hubungan yang sama dengan judul novel ini, dan tiap kali membaca novel ini selalu jleb.
Sekian postingan kali ini. Sampai bertemu di postingan selanjutnya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Langganan:
Postingan (Atom)