Pengikut

Senin, 29 Juni 2020

Review Novel Mantan Rasa Gebetan (Titi Sanaria)

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat datang di Augina Putri's Blog. Kali ini aku akan mereview novel yang baru selesai kubaca, yaitu Mantan Rasa Gebetan. Berikut foto novelnya:

Novel Mantan Rasa Gebetan ditulis oleh Titi Sanaria dan diterbitkan oleh PT Elex Media Komputindo pada tahun 2020. Aku mendapatkan novel ini langsung dari penulis dan penerbitnya karena memenangkan pemilihan bookstagram untuk mereview novel ini.

 Novel Mantan Rasa Gebetan menceritakan tentang Kayana, seorang perempuan yang memilih Malino sebagai tempat pelariannya setelah dia bercerai dengan Yudistira Wijaya. Mereka sudah bercerai selama tiga tahun. Kayana meninggalkan Jakarta karena dia mengalami kenangan menyakitkan di sana dan berusaha menjauh dari masa lalu buruk yang masih membayanginya. Ketika Kayana mencoba membangun hubungan dengan laki-laki lain, tiba-tiba Yudistira muncul di hadapannya seperti hantu yang membayanginya. Yudistira mendatangi dan mendekati Kayana lagi untuk meminta rujuk. Tentu saja Kayana masih bimbang untuk menerima Yudistira karena rasa sakit hatinya itu. Tapi Yudistira tampaknya tidak bermain-main dengan permintaan rujuknya itu.

Novel ini jujur membuat perasaanku ikut campur aduk, ingat mantan pacar juga, dan membuatku bingung serta terhubung dengan beberapa adegan dari novel ini. Tak bisa kupungkiri, nama "Wijaya" mengingatkanku pada sang mantan yang juga memiliki nama itu, tapi aku bisa segera sadar dari ingatan dan membaca novel ini lagi. Tokoh Yudistira Wijaya ini bersifat kekanakan, santai, dan super menyebalkan buatku. Tokoh Kayana sendiri perempuan mandiri, serius, perencana dan pengatur yang baik, mirip aku.Wkwkwk. Novel ini kata-katanya bagus, juga tak membuat pusing pembaca, tidak terdapat typo juga, sehingga pembaca nyaman membacanya. Alurnya sangat mengalir, kisahnya bikin nagih ingin membaca terus lanjutannya. Banyak pelajaran tentang cinta dan kehidupan dalam novel ini.

Ada beberapa kalimat yang kusuka, yaitu:
- "Cinta juga punya umur karena perasaan itu tidak abadi." (Sanaria, T. 2020, hal. 2)
- " Dia terlihat seperti hasil persilangan antara Chris Evans dan Chris Hemsworth (minus facial hair). Ya, Captain America dan Thor." (Sanaria, T. 2020, hal. 4)
- "Serius dan santai itu kombinasi yang sempurna." (Sanaria, T. 2020, hal. 63)
- "Karena kamu memang masih cinta sama dia. Itu alasan kamu menjauh. Kamu berharap jarak bisa membunuh perasaanmu. Tapi, teori jarak dan perasaan nggak selamanya berbanding lurus, kan?" (Sanaria, T. 2020, hal. 143)
- "Kebanyakan orang memilih memutus hubungan dengan masa lalu saat memulai hidup baru." (Sanaria, T. 2020, hal. 149)
- "SAAT mencintai seseorang, kita terkadang melanggar batas yang kita tetapkan untuk diri sendiri. Garis benar dan salah yang seharusnya terang-benderang jadi kabur. Logika dan akal sehat bersembunyi karena diintimidasi perasaan." (Sanaria, T. 2020, hal. 182)

Novel ini kurekomendasikan untuk wanita maupun pria yang sedang penasaran/galau tentang cinta dan kehidupan.

Sekian postingan kali ini, sampai bertemu di postingan selanjutnya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Senin, 15 Juni 2020

Review buku I WANT TO DIE BUT I WANT TO EAT TTEOKPOKKI (Baek Se Hee)

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat datang di Augina Putri's Blog. Kali ini aku akan mereview buku yang berjudul I WANT TO DIE BUT I WANT TO EAT TTEOKPOKKI. Berikut foto bukunya: 

Buku I WANT TO DIE BUT I WANT TO EAT TTEOKPOKKI ini merupakan buku essay (non fiksi) bergenre self improvement yang ditulis oleh Baek Se Hee (dari Korea Selatan), lalu diterjemahkan oleh Hyacinta Louisa dan diterbitkan Penerbit Haru pada tahun 2019, punyaku ini cetakan kelima, Januari 2020. Judul aslinya 죽고 싶지만 떡볶이는먹고싶어 . 

Buku ini merupakan cerita asli dari penulisnya yang terkena distimia (depresi berkepanjangan) dan gangguan kecemasan selama lebih dari sepuluh tahun yang menjalani proses pengobatan dengan cara konsultasi ke psikiater dan minum obat, dan buku ini merupakan kisah saat penulis berkonsultasi dengan psikiaternya (makanya hampir semua buku ini berformat dialog). Terdapat kesimpulan penulis setiap setelah menjalani konsultasi (di setiap akhir bab ada halaman khusus tentang itu), penjelasan tentang apa itu distimia oleh dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ agar pembaca mengetahui tentang distimia sebelum membaca kisah penulis di dalam buku ini. Selain itu juga terdapat kisah pendek penulis tentang kehidupannya. 

Jujur ketika melihat buku ini sangat terkenal, aku ingin membelinya tapi belum bisa saat itu. Ketika sudah membeli juga aku tak langsung membacanya karena aku punya daftar buku yang belum dibaca sangat panjang. Pada saat aku terkena sakit selama 6 bulan lamanya dan aku juga sempat mengalami stress dan cemas setiap hari hingga susah tidur memikirkan apakah aku akan meninggal atau aku bisa sembuh (karena penderita yang meninggal karena sakit ini juga terhitung banyak), maka kuputuskan untuk membaca buku ini. Buku ini tepat untuk dibaca ketika kondisi mental/pikiran sedang turun. Buatku sendiri buku ini semacam self help, pelan-pelan aku bisa paham, tenang, dan tidak cemas serta kurang percaya diri lagi. Terjemahan buku ini sangat baik menurutku, karena pemilihan katanya bagus dan membuat pembaca tak terlalu bingung. 

Ada beberapa kalimat yang aku setuju dan suka, yaitu:
1. "Orang yang terlihat seperti rasa percaya dirinya tinggi sekali ternyata rasa percaya dirinya rendah. Mereka melakukan hal yang menonjol di depan umum karena mereka tidak memiliki rasa percaya diri. Mereka melakukannya agar orang-orang bisa melihat diri mereka. Sebaliknya, jika seorang puas dengan dirinya sendiri, maka mereka tidak akan mudah terpengaruh oleh apa pun yang dikatakan oleh orang lain" - Psikiater (Hee, B., 2020, hal. 35)
2. "Saat Anda tidur, jauhkanlah ponsel Anda." - Psikiater (Hee, B., 2020, hal. 51)
3. "Sementara itu, kalau saya di rumah sendirian, rasanya saya mulai merasa depresi. Saya sempat memikirkan kenapa bisa seperti itu. Ternyata, penyebabnya adalah karena saya melihat unggahan orang-orang di Instagram." - Baek Se Hee (Hee, B., 2020, hal. 63-64)

Buku ini jujur membuatku capek saat membacanya, tapi karena aku juga merasakan beberapa hal dalam buku ini, jadi bisa selesai membacanya. Buku ini kurekomendasikan untuk teman-teman yang suka genre self improvement, psikologi, dan juga sedang mengalami kondisi mental/pikiran tidak baik. Jangan lupa selain membaca buku ini juga ceritakan kondisi yang kamu alami pada teman yang kamu percayakan, lebih baik lagi kalau temanmu itu dari jurusan psikologi. 

Sekian postingan kali ini, sampai bertemu di postingan selanjutnya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.