Pengikut

Kamis, 14 Januari 2021

Review Novel "Si Anak Badai" - TERE LIYE

 Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat datang di Augina Putri's blog. Kali ini aku akan mereview novel yang berjudul Si Anak Badai karya Tere Liye. Berikut foto bukunya: 


Novel Si Anak Badai ditulis oleh Tere Liye dan diterbitkan Republika Penerbit pada tahun 2019. Novel ini menceritakan tentang Si Anak Badai yang hidup di kampung Manowa yang ada sungai, muara, dan dermaga serta laut. Si Anak Badai terdiri dari Zaenal, Ode, Malim, dan Awang. Mereka naik perahu untuk memancing ikan di sungai, terkadang ikut naik kapal dengan Paman Deham untuk memancing ikan di laut, dan menyelam di dermaga saat menjadi anak pengambil koin yang dilempar oleh penumpang kapal yang berlabuh atau lewat di sana. Mereka juga rajin sekolah dan belajar mengaji serta membantu pekerjaan orangtua mereka masing-masing. Mereka anak-anak pemberani juga teguh mempertahankan sesuatu yang menjadi milik mereka, penuh petualangan seru. 


Novel Si Anak Badai bagus ceritanya, alurnya maju, tokohnya banyak, seru dan mendebarkan petualangannya. Penggambaran tempat dan suasananya bagus sehingga pembaca bisa merasakan seolah sedang berada dan tinggal di sana. Bagian bukunya ada banyak tapi satu bagiannya tidak banyak halamannya, jadi nyaman membacanya. Cover depannya sudah menggambarkan isi novel ini. 


Dalam novel ini terdapat banyak kalimat bagus, di antaranya adalah sebagai berikut:

- "Ilmu milik Allah sangat luas. Bayangkan kalian mencelupkan telunjuk di laut, kalian angkat telunjuk itu, maka air yang menempel di telunjuk kalian itulah ilmu yang dianugerahkan Allah kepada kita. Selebihnya, air lautan yang tak terhingga banyaknya, itulah ilmu Allah. Ada yang kita tahu, ada juga yang kita tidak tahu. Kalau kita terus menanyakannya, akan jadi rumit sekali." Guru Rudi (dalam Liye, 2019, hlm. 58).

- "Tapi tentu saja, sebesar apa pun usaha seseorang, maka apa pun hasilnya, Tuhan yang menentukan. Manusia hanya bisa berusaha." Bu Rum (dalam Liye, 2019, hlm. 63).

- "Kita tidak boleh terus marah atas kesalahan orang lain. Tidak boleh membahas-bahasnya lagi. Setiap orang melakukan kesalahan. Yang membedakan antara orang yang melakukan kesalahan itu adalah ada yang belajar dari kesalahannya, ada juga yang tidak mengambil pelajaran apa-apa dari kesalahan itu." Bapak (dalam Liye, 2019, hlm, 72).

- "Seorang kawan tidak akan meninggalkan kawannya sendirian." (Liye, 2019, hlm. 202).

- "Manusia mendapat ujian bukan karena dia telah berbuat kesalahan, Rahma. Ujian itu kadang untuk lebih menguatkan ." Guru Rudi (dalam Liye, 2019, hlm.221).


Novel ini kurekomendasikan untuk teman-teman yang menyukai genre fiksi slice of life

Sekian postingan kali ini, sampai bertemu di postingan selanjutnya. 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

#mulaimenulisdiblog

3 komentar:

  1. Aku masih teringat terus sama Za di dorong sampai kecebur basah semuanya :'(

    BalasHapus
  2. Aku masih teringat terus sama Za di dorong sampai kecebur basah semuanya :'(

    BalasHapus